First
Hari ini adalah hari
ke sekian saya liburan semester kuliah, namun tak ada jalan-jalan ke tempat
wisata seperti kebanyakan orang. Sebagai seorang yang tiggal di desa plosok saya
memang lebih menyukai kehidupan desa yang tenang jauh dari kebisingan
orang-orang dan terbiasa menghabiskan waktu dirumah. Meskipun begitu saya tak pernah
merasa kesepian karena sahabat-sahabat saya yang sering mengalah ke rumah untuk mengajak saya bermain keluar rumah atau hanya mengobrol melepas
rindu setelah sekian hari bahkan bulan tak betemu.
Seperti hari ini seorang sahabat
lama yang dulu terkenal sering gonta-ganti pacar semasa SMA bersilaturahmi kerumah. Obrolan-obrolan yang terasa begitu klise dia bicarakan dan saya sepertinya memang
sudah mempunyai bakat sejak lahir untuk menjadi pendengar setia. Namun pebicaraan
klise itu rupanya tak berlangsung lama, setelah sebuah pertanyaan terlontar dari
mulutnya yang bagi saya pribadi masih terasa risih untuk mendengarnya apalagi
membayangkanya.
First Kiss? Kenapa saat pertanyaan itu muncul pikiran saya
seakan tak bisa menjawabnya? Apakah ini karena saya yang belum pernah
merasakanya? Saya harap
tidak, Mungkin masih ada diluar sana sepasang muda-mudi yang berpacaran tanpa berciuman.
Hanya sebatas pegangan tangan, chatingan dan tak pernah lebih dari itu. Meski tak
memungkiri juga bahwa ciuman seakan sudah menjadi hal yang lumrah dilakukan. Jauh
berbeda rasanya jika dibandingkan saat saya kecil dulu. Pacaran bahkan ciuman seakan menjadi hal
yang sangat tabuh.
Lalu apakah mereka tak malu melakukanya? Rasa malu sepertinya sudah kian memudar dari
kehidupan kita, jika masih ada rasa malu pastinya hal itu tak akan terjadi. Namun
pada kenyataanya hal itu malah seolah menjadi konsumsi publik. Buktinya beberapa
ada yang terang-terangan memajang foto mereka saat berciuman di sosial media. Tentunya kitapun tak bisa menjudge seseorang begitu saja. Jadi
ingget kata dosen saya yang pernah bilang untuk tidak menjudge orang itu baik
atau buruk dengan cepat, Sebab kita tak akan pernah tau pada akhirnya dia akan
menjadi apa? Siapa tau di endingnya orang yang kita judge malah menjadi lebih
baik dan yang menjudge sekarang malah menjadi......, siapa tau.
Itukan mereka,
lalu kamu?
Maksudmu?
Kamu sendiri pernah tidak berciuman?
Saya sendiri lupa
apakah pernah berciuman.
Lupa beneran atau lupa udah pernah ciuman?
Iya karena
pas pertama saya pacaran itu hanya bertahan beberapa minggu dan terlebih bertepatan
dengan bulan Ramadhan. Bulan yang mewajibkan kita untuk mengendalikan hawa nafsu. Jadi
manamungkin kami bisa berciuman.
Jadi kamu tak pernah merasakan manisnya bibir
wanita?
Pernah, itupun ibu yang waktu kecil setiap kali akan tidur sering
menciumku, dia wanita bukan? Yah, kalo itu semua laki-laki juga pernah.
Lantas ciuman
yang seperti apa?
Ya pokoknya mempertemukan bibirmu dengan bibir wanita
pujaanmu?
Oh....itu sepertinya saya pernah melakukanya sekali.
Kapan? Dan siapa
wanita yang pernah kamu cium?
Sekarang baru inggat pernah melakukan itu, namanya
tri dan saya rasa itu merupakan ciuman pertama bagi saya.
coba ceritakan
padaku?
Em....baru ingat rasanya mencium bibir wanita yang saya suka,
singkatnya dulu ketika ada rapat pramuka sepulang sekolah di kelas XII IPS 2
saya menuju kelas yang digunakan untuk rapat. Ternyata saya datang terlalu awal
dan di dalam kelas baru ada tri. Tanpa memperdulikan tri saya duduk dibangku paling belakang. Mungkin karena
melihat saya duduk sendiri tripun menghampiri dan duduk disebelah saya.
Awalnya
kami hanya ngobrol berkaitan tentang agenda-agenda pramuka kedepan sembari
menunggu teman-teman yang lain datang. Tapi.....
Tapi apa?
Ditengah obrolan itu
tri menatapku tajam dan kami berdua saling bertatapan, tri mendekat dan semakin
mendekat, jantung saya berdetak semakin kencang, dan perlahan bibir kami berdua
bertemu. Cups.....sejenak saya mematung ragu membalas, saya berusaha untuk
tidak berbuat lebih dari itu. Saya sengaja tidak menarik bibir ini terlebih
dahulu dan membiarkan tri memainkanya.
Lalu.....
lalu apa? Kamu kepergok guru?
Bukan!
Saya mendengar seperti ada suara yang memanggil.
Lho! Ko bisa? Memangnya gimana
bunyi suaranya?
Bunyinya gini, “zen,,,,Bangun sudah siang!!!” ternyata itu
merupakan suara ibu yang membangunkan tidur karena saya susah bangun.
HAH! Jadi ciumanmu
dengan tri itu Cuma mimpi?
Allhamdulillahnya itu hanya sebatas mimpi,
sebagai laki-laki normal pastinya keinginan itu ada. Hanya saja saya memang belum berpacaran, bukan apa-apa mungkin karena saya masih menyukai kesendirian
dan sejujurnya saya masih bingung jikapun pacaran nantinya mau berbuat apa? Jika hanya
sebatas pegangan tangan bukankah mending tak usah pacaran sekalian? karena sebagai
laki-laki normal pastinya saya inginkan lebih dari itu. Iya karena nafsu, kalo
laki-laki ga punya nafsu tak akan ada kamu yang baca tulisan ini. Kata Ust Felix
Y Siaw si gitu.
Kembali lagi ke masalah ciuman yang membuat kita sebagai
generasi yang "peduli" pastinya merasa prihatin. Hal-hal yang bagi generasi 90an
masih tabuh namun sekarang kita bisa melihat hal itu sebagai hal biasa. Kalo menurut saya pribadi mungkin karena salah kita juga yang “diam”
kita seolah mewajarkan hal yang notabenya sakral jika saya boleh bilang.
Atau bisa jadi
karena pengaruh film-film luar. Terlepas dari pesan baik yang kadang ada. namun
saya mulai berfikir adegan-adegan tanpa sensor ketika menonton film membuat
kita jadi seolah terbiasa dengan adegan yang dulunya kita pernah mengangap hal
itu sebagai hal yang negatif. Atau mungkin rasa malu itu sudah mulai menghilang,
bukan hanya malu kepada sesama manusia namun kepadaNYA yang maha melihat? Ah,,,saya
belum pantas sepertinya untuk menuliskan hal itu, namun kalo menuggu saya
pantas saya yakin saya tak akan sempat menuliskanya. Hehe..,
Akhirnya Insya Allah ciuman pertama ini hanya akan saya berikan untuk istriku kelak.
Akhirnya Insya Allah ciuman pertama ini hanya akan saya berikan untuk istriku kelak.
Jangan pernah korbankan masa
depan dan agamu! hanya untuk cinta yang semu, berlindunglah kepada Allah dari
cinta palsu, hingga perpaling darinya, menipu daya dan melenakan sadarilah wahai
kawan. ketahuilah cinta kepada Allah adalah cinta yang hakiki, cinta pada Allah
cinta yang sejati. maka bersikanlah dirimu dan gapailah cinta, cinta ilahi.
nasyid:cinta
nasyid:cinta