Illustrator + Writter + Visual dakwah

Total Pageviews

Monday, July 25, 2016

Tentang Sebuah Alasan


    Malam ini sengaja saya menyempatkan waktu untuk menonton FTV di sebuah stasiun televisi. Tak seperti biasanya saya punya ketertarikan besar terhadap ftv ini, meskipun tayangnya tengah malam namun tak apa. Ini mungkin karena berkaitan tentang kehidupan saya dan mungkin orang-orang di kampung saya. Biasanya hal yang dekat dengan diri kita akan jauh lebih mempunyai daya tarik. Judul ftv nya "dunia terbalik" menceritakan tentang masyarakat di sebuah perkampungan pasundan yang rata-rata bekerja sebagai TKI TKW.
    Tenaga kerja wanita, sebuah profesi yang tak asing lagi bagi kita, bahkan sebagian masyarakat mungkin masih mempunyai keyakinan bahwa salah satu cara cepat untuk bisa memperbaiki perekonomian keluarga adalah bekerja diluar negeri. Biasanya karena iming-iming menggiurkan dari tetangga-tetangga yang sebelumnya terlebih dahulu telah bekerja menjadi tkw kemudian pulang ke desa, lalu seketika perekonomian keluarganya berubah drastis.
     Kejadian itu tentunya menjadi daya tarik sendiri untuk seseorang wanita rela bekerja keluar negeri jauh dari suami dan anak-anaknya untuk menjadi tkw. Terlepas dari kasus-kasus kemanusiaan yang kerap kali terjadi, hal yang menarik bagi saya adalah saat saya mengkaitkan kehidupan tkw dalam ftv tersebut dengan kehidupan saya
     Saya anak ke-4 dari 3 bersaudara, lebih jelasnya saya anak terakhir. Keluarga kami hidup sederhana. Pekerjaan bapa sebelum saya di lahirkan ceritanya beliau pernah bekerja menjadi penjual bakso, mie ayam hingga sampai sekarang bapa bekerja di perantauan menjadi kuli bangunan, sebuah profesi yang mulia karena tanpa profesi tersebut bagunan-bangunan megahpun rasanya takan pernah ada. hehe,,,
sedangkan ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga luar biasa  yang dulunya ngebet pengen bekerja menjadi tkw di luar negeri.
     Rasanya wajar saja keinginan itu muncul, melihat kondisi perekonomian keluarga kami dan penghasilan bapa sebagai kuli bangunan, namun harus membiayai kehidupan kami. Apalagi tetangga-tetangga di desa saya banyak yang sudah menjadi tkw dan kehidupan mereka memang secara finansial berubah. Singkatnya istri cari uang di luar negeri suami di rumah urus anak dan tinggal terima transferan uang dari istri, hal ini bisa disambungkan dengan judul ftv tadi "dunia terbalik" seolah kodrad laki-laki yang mestinya bekerja untuk mencari nafkah berubah menjadi merawat anak dan wanita yang mestinya mengurus anak menjadi membanting tulang. Apalagi ketika mereka yang telah lama menjadi tkw pulang kembali kerumah.
     Rasanya dulu waktu saya kecil sering merasa sedih karena teman saya saat ibu mereka pulang dari bekerja menjadi tkw  bisa membelikan mainan bagus-bagus atau apapun yang anaknya inginkan. dan saya hanya bisa meminjam mainanya. ah tapi itu dulu. Kadang sayapun sering berpikir kenapa ibu tidak pergi keluar negeri menjadi tkw saja ya? kan enak nanti kalo ibu sudah pulang pasti dapet banyak uang dan bisa beliin didi(nama pangilan masa kecil saya) mainan yang banyak, bisa bangun rumah bagus, bisa makan enak setiap hari dan lain sebagainya.
     Ternyata ibu saya pun sebenarnya mempunyai keinginan besar untuk bekerja menjadi tkw dengan harapan bisa membantu ayah dalam mencari nafkah dan tentunya membahagiakan anak-anaknya. Padahal zaman dulu untuk bekerja menjadi tkw syaratnya sangatlah mudah, hanya mau saja!. Selebihnya bahkan untuk ongkos berangkat ditangung dari pihak "PT" alias free atau kalo secara logika biaya berangkat bisa dipotong dengan gaji selama bekerja menjadi tkw.
     Hanya saja untuk menjadi tkw mesti ada perjanjian hitam diatas putih dari suami, nah bapa yang ga kasih izin buat ibu untuk menjadi tkw, padahal ibu sudah berkali-kali meminta izin namun tetap saja bapa dulu keukuh tak memperbolehkan ibu. Jadi ya sudahlah ibu lelah sendiri meminta izin namun tetap tak di izinkan. Begitu kata ibu. Ternyata bukan ibu ga mau untuk menjadi tkw, yang menyebabkan selama ini ibu ga pergi ke luar negeri karena  izin dari bapa yang tak pernah menyetujui ibu bekerja menjadi tkw.
     Saya pun sempat menanyakan alasan kenapa bapa tak pernah mengizinkan ibu untuk menjadi tkw dan kata beliau "kita ini orang desa pendidikan ibu dan bapa cuma mentok SD SMP, nanti kalo ibumu pergi keluar jadi tkw kemudian pulang bawa uang banyak pasti kaget, hasilnya ya beli ini itu sesukanya dan kalo uangnya udah habis pasti pengin balik lagi. Terus tangung jawab bapa sebagai kepala rumah tangga gimana? kan bapa yang seharusnya kerja cari nafkah bukanya ibu". Hem,,, ada benernya juga memang setelah saya pikir mungkin bisa jadi dari segi materi kami akan selalu merasa kekurangan namun ada hal yang rasanya jauh lebih berharga  dari materi, yaitu kasih sayang seorang ibu. hasssek...
     Bagaimanapun peran ibu saya sangat rasakan pada diri saya sendiri begitu besar, beliaulah yang megajarkan tentang perasaan dan kelembutan (tentunya setiap manusia mempunyai karakter yang berbeda) yang membuat saya tumbuh dan membentuk kepribadian saya seperti ini. Pastilah peran besar ibu rasanya sangat sulit untuk tergantikan. Ternyata bapa sudah memikirkan bukan hanya kehidupan atau kebahagian kami waktu kecil namun juga perkembangan anak-anaknya saat kami beranjak dewasa.
     Dan pada kenyataanya pendidikan memang sangat berpengaruh terhadap pola pikir. di desa saya seperti yang diungkapkan bapa tentang "kaget" saat mendapatkan jumlah uang besar sehingga dengan sesuka hati bisa membeli ini dan itu rupanya ada efek lain yang jauh lebih besar, yaitu perceraian! rasanya bakal susah untuk mengendalikan diri jika kita dalam hal ini istri sudah merasa bisa membiayai hidupnya dan mempunyai penghasilan sendiri sementara suami dirumah atau dikampung halaman hanya menerima kiriman dari istri perlahan perasaan angkuh akan mudah sekali muncul pada diri istri.
     Hal itu pulalah yang di khawatirkan bapa jika ibu pergi bekerja, ibu akan mempunyai perasaan "bisa" sementara suami kerjaanya di rumah mengurus anak tanpa bekerja. jika sudah begitu harga diri laki-laki pasti akan jatuh. Dan bisa di tebak cerita selanjutnya bisa jadi dengan alasan-alasan itu seorang istri bisa dengan mudah meminta cerai terhadap suaminya atau karena si suami merasa harga dirinya sudah jatuh maka suamipun bisa mengucapkan talak. dan terjadailah perceraian.
     Tentunya tak semua TKW berakhir seperti itu, pastinya Allah merupakan penentu yang terbaik. "Sebaik-baik wanita penunggang unta, wanita Quraisy yang baik, adalah yang sangat penyayang terhadap anaknya ketika kecilnya dan sangat menjaga suami dalam apa yang ada di tangannya." (HR. Al-Bukhari no. 5082 dan Muslim no. 2527)

oh iya tujuan menikah adalah untuk selalu bersama, bukan untuk berjauhan :)
Comments
0 Comments

0 komentar:

ihdizein. Powered by Blogger.