Illustrator + Writter + Visual dakwah

Total Pageviews

Sunday, December 9, 2012

Mengejar Adzan


     Jarum Panjang telah menunjukan pukul 23.00. tapi anehnya mataku tak juga bisa aku rekatkan walau aku telah melakukan berbagai macam cara dari mulai menghitung domba sampai minum obat tidur tapi  ternyata semua itu hasilnya nihil! aku masih saja terjaga di malam yang selarut ini.
    
     Pikiran-pikiranku terus saja terganggu oleh tulisan-tulisan , ide-ide dan kata-kata yang sedikit gila. Aku coba untuk tidak memikirkan pikiran yang membuatku insomnia ini. Tapi semakin aku berhenti untuk memikirkanya semakin kuat pula ia melawanku. Hingga malam ini aku tak kuasa lagi untuk terus menahanya. Iya! malam ini mungkin adalah malam yang tepat untkku membebaskan segala alphabet yang selama tiga minggu ini aku penjarakan dalam otakku, juga tentang opini-opini, imajinasi atau apapun itu kedalam sebuah tinta.
    

      Mengejar Adzan, sebuah judul tulisan yang beberapa mingu ini terus saja menghantuiku dan bahkan memaksaku agar aku menuliskanya. Sebuah tulisan yang cukup naif mengenai My Spiritual journey.
sejujurnya aku ragu untuk menuliskan ini, karena akupun sadar aku bukan orang yang bergelar Hj ataupun Ust. yang biasa menyampaikan kebaikan. Menjadi seperti mereka rasanya hatiku masih terlalu hitam untuk menyampaikan sesuatu yang putih. Inilah satu-satunya alasan kenapa aku sempat tak mau menuliskan ini. Anehnya malam ini sisi lain hatiku seolah berbisik
    "zen, apakah untuk menyampaikan sesuatu yang baik harus menjadi lebih baik sebelumnya? bukankah kamu sendiri menyadari bahwa engkau tak sempurna? lantas apa kamu mau melihat orang lain lebih tak sempurna darimu?".
Bisikan itu seolah menyadarkanku bahwa tak seharusnya aku menahan apa yang aku rasakan untkku luapkan jika itu baik bahkan walau iu buruk sekalipun. aku harus melakukanya!

  • Allah engkau dekat penuh kasih sayang
  • Takkan pernah engkau biarkan hamba-Mu menangis
  • Karna kemurahan-Mu
  • Karna kasih sayang-Mu


    Hanya bila diri-Mu
    Ingin nyatakan cinta
    Pada jiwa yang rela dia kekasih-Mu
    Kau selalu terjaga yang memberi segala
    Allah Rahman Allah Rahim
    Allahu Ya Ghafar Ya Nurul Qolbi
    Allah Rohman Allah Rahim
    Allahu Ya Ghafar Ya Nurul QolbiDi setiap nafas di segala waktu
    Semua bersujud memuji memuja asma-Mu
    Kau yang selalu terjaga yang memberi segala


    Setiap mahluk bergantung pada-Mu
    Dan bersujud semesta untuk-Mu
    Setiap wajah mendamba cinta-Mu cahaya-Mu.
    # opick.
        
           Setiap kali aku mendengarkan ini entah kenapa air mataku seolah inggin keluar, menyebut Asma MU dimassa laluku aku sering melupakanya, hingga tanpa sadar di usiaku yang sudah tak muda lagi aku telah banyak menyia-nyiakan waktu yang telah di berikan untukku.  telah jauh kaki hambamu ini melangkah bahkan sering hilang tanpa arah yang membuat hambamu ini hina dan berlumur dosa.
          
            Kalau saja engkau tak mempertemukan hamba dengan hery mungkin hamba masih jauh dariMu.
    Heri, sosok yang menginspirasiku untuk 'bermetamophiosis'. Dia adalah seorang dengan dua tangan, dua mata, dua telingga dan satu kaki. Anehnya setiap adzan ashar berkumandang aku selalu melihat dia berjalan terseok-seok menuju masjid meski dengan susah payah. Kadang aku tak habis pikir mengapa heri mau seperti itu. Padahal aku yang mempunyai tubuh lengkap saja tiap kali adzan berkumandang sering aku hiraukan bahkan tak mempedulikanya aku masih saja sibuk dengan acara tv. Kalaupun di tv ada siaran adzan aku lebih memilih untuk menurunkan volumenya atau menganti channelnya dengan chanel lain. Berbeda sekali dengan heri meskipun dia hanya punya satu kaki tiap kali adzan berkumandang dia akan menyegerakan diri untuk memenuhi pangilanNya.
             
            Sejujurnya aku malu padanya, di tengah kekuranganya dia masih mengingatNYA tanpa memperhitungkan banyak hal. Sedangkan aku yang seperti ini malah sering melupakanya. Kalaupun aku mengigantnya kadang hanya saat-saat aku perlukan saja. Seperti saat ini, saat mau UN aku mulai mendekatkan diriku padanya dengan melakukan hal-hal yang sebelum ini jarang sekali aku lakukan seperti bangun di tengah malam untuk sollat tahajud, pagi untuk solllat duha, lima waktu dan amalan-amalan baik lainya yang sebelumnya sangat jarang aku lakukan. Hemm,,, mudah-mudahan semua itu tidak hanya akan aku lakukan saat menjelang UN saja tapi setelahnya pun akan aku coba lakukan, Insya Allah.
           
             Banyak hal yang aku pelajari dari heri dari sosok yang tak sempurna itu. dia juga sekaligus menyadarkanku akan desaku, desa pelanjan diamana banyak penduduk di desaku mengikuti bisnis inves yang membuat mereka bisa kaya dengan cepat tanpa perlu kerja keras, mereka bisa membeli motor, mobil, atau apapun yang mereka mau. Tak heran jika rumah-rumah di desaku sudah seperti istana.
            
             Sayangnya keadaan musholanya sangat jauh dari kata mewah. mushola dengan nama Nurul hikam, mushola tua dengan satu pintu, empat jendela rapuh, satu jam dinding rusak, langit-langit berlubang, kramik retak disana-sini, dan lembaran-lembaran kertas bekas Al-Quran yang telah rusak diamakan jamur. Sebuah hal yang semestinya tak tergambar di tengah jejeran istanya yang ada disampingnya. Ditambah lagi tiap kali adzan berkumandang tak banyak orang yang mau datang memenuhi pangilan Allah. Hanya sebagian saja yang datang, itupun masih bisa di hitung dengan jari.
    Sangat kontras dengan di bulan puasa dimana mushola penuh bahkan sampai kelebihan muatan. Sayangnya semua itu hanya terjadi satu kali dalam satu tahun.
       
              Mungkin karena itu jugalah Allah mengambil uang, motor, mobil bahkan rumah mereka agar mereka sadar akan kesalahan besar yang mereka lakukan.
    Beberapa bulan ini uang-uang inves mereka tak kembali pada pemiliknya padahal uang-uang itu akan digunakan untuk memenuhi keperluan mereka sehari-harinya termasuk membayar hutang Bank yang jumlahnya bisa bencapai puluhan juta bahkan milyaran rupiah. dan jika mereka tak bisa mengembalikan uang dari pihak bank jaminanya adalah rumah mereka yang akan disita.
          
               Sunguh untuk kesekian kalinya dalam hidupku aku merasakan begitu besar kekuasaan Allah yang bisa dengan mudah mengubah sesuatu.
    kejadian ini telah menjadi pelajaran buatku untuk lebih mensyukuri apapun yang telah Allah berikan padaku.
             
                 dengan kecepatan siput aku mulai tau bahwa ada satu hal yang tak aku miliki dari herry yaitu ketenangan!
    selama ini aku tak pernah merasakan yang namanya ketenangan. hatiku masih terlalu sibuk dengan perasaan-perasaan semu termasuk saat aku mengerjakan sollat seringkali aku tak merasakan sedang berhadapan dengan Allah yang maha kuasa. sollatku terasa tak bergairah, ruku dan sujudpun ku lakukan dengan sekedarnya tanpa ada rasa hormat dan bersembah dengan sunguh-sunguh malah kadang aku menikmati saat setan memalingkan pikiranku dariNya.
              
            Jauh berbeda saat aku sedang berhadapan dengan orang-orang yang aku kasihi dan pikiranku serta jiwaku menikmati apa yang mereka katakan. lantas apakah mungkin aku ini mengangap Allah lebih rendah dari mereka? 
    Astaghfirullah ( bisiki dalam hati). buat orang awam sepertiku masih sulit rasanya bertemu Allah dalam sollatku. meski begitu selama tubuh ini masih bisa aku gerakan aku akan berusaha, aku tak inggin jika nantinya aku menyesal kenapa saat aku bisa aku tak melakukanya
           

Comments
0 Comments

0 komentar:

ihdizein. Powered by Blogger.