mereka [ bukan ] Teroris
Hampir sebagian dari kita pasti pernah melihat sosok tersebut. Ya! sosok itu adalah para penjihad yang biasa kita pangil dengan nama " jamaah tabligh".
Mereka adalah orang yang rela meninggalkan keluarganya untuk saling bersilahturahmi antara sesama muslim yang tersebar di berberbagai daerah di indonesia sekaligus mengajak orang yang mereka temui untuk berbuat kebaikan.
Sayangnya tak sedikit dari masyarakat kita yang menggangap mereka minus. Sebagian dari kita menodongkan argummen-argumen kepada orang yang berbeda seperti mereka diartikan sebagai peminta sumbangan, penyabar aliran sesat bahkan teroris! alahasil ada kecendrungan untuk enggan menseriuskan para jamaah tabligh itu.
mungkin ini terjadi karena phobia terhadap gencarnya pemberitaan-pemberitaan miring oleh media masa yang ditunjukan kepada orang yang berjengot tebal, berpeci, dan berjubah seperti mereka. Sehingga masyarakat bisa dengan mudahnya menilai itu sebagi teroris tanpa terlebih dahulu melakukan pemikiran yang mendalam tentang apa yang mereka nilai.
Tak mengherankan jika setiap kali ada orang bercirikan seperti mereka singgah di mushola atau masjid tempat tinggal kita akan ada secerca pandangan sinis terhadapnya. Bahkan aku rasa akan tak sedikit orang yang tak menginginkan kehadiran mereka di tempat tinggal kita. Tapi anehnya mereka tetap melakukan itu walau berbagai hambatan siap untuk merintang di depan mereka. Itu bisa di lihat dengan tak punahnya rombongan yang satu ini. Bahkan seolah menjamur bak di musim penghujan.
Sebercik pertanyaanpun timbul dalam diriku. Mengapa mereka terus melakukan itu padahal halangan yang mereka terima tak bisa dianggap easy?.
Apakah karena surga? ah,,, aku pikir kalau hanya karena surga tak perlulah mereka sampai pergi meninggalkan keluarganya. Toh jika kita mengerjakan sesuatu yang melaksanakan perintahNya dan menjauhi larangaNya Insya Allah kita bisa masuk surga. Ataukah karena pahala? kalo hanya karena pahala bukankan itu malah akan terlihat matrealistis di hadapan Allah, jika hanya karena pahala kita mengerjakan perbuatan sekecil buah zarohpun akan mendapatkan pahala bukan?
atau karenaaaaa,,,,,,,?.
Entahlah, aku tak bisa memastikanya. Atau mungkin kamu tau alasanya kenapa?
Pertanyan-pertanyaan itu sering kali muncul dalam kepalaku hingga pada suatu hari di masjid tempat aku tinggal singgah rombongan jammaah tabligh dari solo. Untuk menjawab rasa penasaranku akupun mencoba untuk berbaur dengan mereka bahkan aku sempat mengikuti kegiatan mereka selama satu malam. Walau awalnya aku juga sempat tak diizinkan oleh kawanku karena kwatir akan terjadi sesuatu yang tak di inginkan menimpaku. Seperti dokrin-dokrin atau apalah namanya. Tapi sayangnya rasa penasaranku terhadap mereka jauh lebih besar dari pada rasa takutku sendiri.dan InsyaAllah aku sudah cukup untuk bisa membedakan mana baik atau buruk, mana hitam ataupun putih.
Selama lebih kurang satu malam aku berbaur dengan mereka ke hawatiran tentang tororis, doktrin, aliran sesat dan lain hal sebagainya Allhamdulillah sama sekali tak aku rasakan. Aku hanya di ajarkan ngaji, adab makan, adab tidur, adab sollat, dan ceramah-ceramah yang seolah semakin medekatkan diriku padaNya.
Opini-opini masyarakat yang mengangap teroris, aliran sesat serta berlipah serapah opini yang menyudutkan mereka Allhamdulillah sama-sekali tak terjadi padaku.
Bahkan aku malah merasakan sesuatu yang sanggat jarang dan sulit bagiku untuk melukiskan perasaan itu dalam sebuah tinta, perasaan dimana aku merasakan ketenangan yang sebelumnya sangat jarang aku rasakan sebelumnya. Allah seperti mengajariku banyak hal lewat perantara mereka sehingga akupun seolah menikmati setiap detik yang aku lewati dari mereka. Terlepas dari semua opini publik yang terarahkan pada mereka.
Akupun mulai bisa menyimpulkan bahwa sebenarnya tujuan mereka sangatlah mulia yaitu untuk mengajak orang kembali meramaikan mushola ataupun masjid yang saat ini keadaanya mulai menghawatirkan dan tak jarang yang kita temui sekarang adalah masjid hanya sesak satu bulan dalam dua belas bulan yaitu saat bulan romadhon. Selepas bulan itu berlalu mushola kembali sepi.
Mungkin jikalau masjid itu bisa berbicara dia akan bilang " kenapa kalian tak bisa menyempatkan waktu untuk sollat berjamaah di tempatku saat Allah memangil kalian dengan sautan adzanNya? sedangkan untuk ke mall, diskotik, tempat wisata kalian begitu bersemangat. Apakah kalian mengangap aku ini lebih rendah dari pada tempat itu?". Iya,,, mungkin itulah yang bisa dikatakan oleh masjid yang sering kita lupakan.
Tentunya itu tak semua. masih ada yang sering menginggat rumah Allah saat Allah memangilnya meski ia adalah orang sehat bahkan lumpuh sekalipun. SubhanAllah
Namun masih ada saja orang yang mengangap kehadiran orang yang baik sebagai orang buruk dan sebaliknya. ini menjadi suatu dilematis.
mungkin orang yang mengangap mereka buruk karena hanya mengikuti opini publik tanpa melakukan riset terlebih dahulu.
so,,, seperti kata Ebit G.A.D sebaiknya kita menyingkirkan telebih dahulu debu yang masih melekat dalam hati kita sebelum kita menilai orang lain. :)
# JUST OPINI