Illustrator + Writter + Visual dakwah

Total Pageviews

Monday, April 29, 2013

Black Period


      Sebagian dari kita pasti pernah menggalami satu periode hitam. Periode dimana kita diabaikan, direndahkan, ditindas, dihina, dipandang sebelah mata dan berimpah serapah judge yang dilayangkan orang-orang kepada kita.
periode itu seolah menjadi mimpi buruk untuk kita, begitu juga bagiku. akupun pernah merasakan hal itu.

    Aku terlahir dari keluarga yang Allhamdulillah tidak kaya ataupun miskin tapi sederhana. sebuah eufisme yang setidaknya sanggup untuk memperhalus kehidupanku. Ibuku berdagang dirumah dan ayahku bekerja di jakarta sebagai kuli banggunan.
sementara aku adalah anak ke-4 dari 4 bersaudara, aku terlahir dengan tubuh kurus kering kerontan dan membungkuk yang kata temen-temen SDku aku seperti ongki. Sebuah tokoh dalam sebuah sinetron yang memerankan karakter sebagai orang yang cupu, idiot, pendiem, kuper dan kawan-kawanya.
     Itulah alasan kenapa MW, DN, serta komplotan gengnya memanggilku dengan nama ongki. Sebenarnya aku tak pernah terima dengan panggilan itu, tapi........apalah daya bagiku. Aku hanyalah anak lemah yang tak punya sedikitpun nyali untuk melawan. Kalupun aku mencoba melawan yang ada nanti malah bogem mentah yang bisa-bisa mendarat dimukaku. Tak khayal jika saat kelas 5 SD solah menjadi neraka bagiku.
      Menjadi anak yang paling lemah dikelas membuat aku tak sedikit merasakan apa itu cacian, makian, hinaan, yang akupun sampai merasa kenyang  dengan " ongki, koe anake wong kere", " ongki bocah koh gering temen kaya ra tau diempani" atau " ongki, NJALUK DUE ORA!".
bahkan rasanya aku sering menahan dahagaku karna uang 500 rupiah sebagai uang jajanku sering aku berikan dengan cuma-cuma pada mereka.
       Karna hal itulah yang menbuatku menjadi takut untuk berangkat sekolah, bahkan sampai beberapa minggu aku sempat tak berani untuk menampakan batang hidungku disekolah. hal itu membuat aku harus menerima kenyataan pahit saat kenaikan kelas " NAIK KELAS / TINGGAL KELAS".
hal itu membuatku sanggat terpukul, kekecewaan ibuku, kakaku, dan juga saudara-saudaraku membuat aku berpikiran pendek untuk kabur dari rumah. Tapi rupanya hal itu tak menyelesaikan masalah apapun bahkan memperparah.
       Aku seolah mempermalukan ke-2 orangtuaku dengan perbuatan-perbuatan bodohku. tetanggakupun perlahan mulai mencibir dan memaki ibu yang saat itu katanya tak bisa mengurus anak. akupun semakin tak kuat menahan badai ini. hingga terbesitlah pikiran untuk mengakhiri hidupku dengan memakan obat pembasmi serangga. tapi Allhamdullillah ternyata Allah masih menyayanggiku aku masih diberi kesempatan ke-2 untuk tetap hidup dan lebih dari itu Allah seolah tlah menyadarkanku bahwa aku tak boleh menyerah, aku harus tetap bangkit meskipun itu teramat sanggat sulit.
        Allhamduillah atas izin Allah aku sanggup untuk bangkit dari keterpurukan dan melanjutkan hidupku walaupun perasaan malu sebagai anak tunggakan melekat dalam diriku aku mencoba untuk menghiraukan hal itu. hingga aku atas izin Allah lulus dari SD dengan nilai baik dan di terima di salah satu SMP favorit dikota ku.
       di SMP aku bertekat untuk tidak menjadi diriku yang tak lemah. akupun memberanikan diri untuk menggikuti ekskul karate di sekolah karena AKU MUAK MENJADI ORANG YANG SELALU DITINDAS ORANG LAIN, AKU LELAH DENGAN DIRIKU YANG LEMAH, AKU...... TAK MAU LAGI KEJADIAN DI SD TERULANG LAGI UNTUK KE-2 KALINYA!
dengan bermodal nekat aku masuk dalam beladiri karate, walaupun aku sadari tak sedikit orang yang yang meragukanku masuk karate. terlebih dengan tubuhku yang kurus dan kering kerontang ini. namun hal itu tak mengendorkan niatku sedikitpun bahkan hal itu seolah menjadi pendorong untuku membuktikan bahwa aku bukalah yang dulu.
         setiap kamis dan minggu aku berusaha menempa diriku dengan latihan-latihan yang di ajarkan oleh simpei hardana dari mulai gerakan dasar judan, jodan, kisame, mawasi, maigiri lalu kata empi, jion, lindan, godan hingga komite dimana aku harus berkelahi dengan lawanku. hingga rasanya rasa lelah, sakit ataupun memar sudah tak aku hiraukan lagi. sampai akhirnya aku memperoleh sabuk terakhirku " blue belt". 
        akupun seolah tlah lepas dari diriku yang dulu. sayangnya tanpa aku sadari blue belt dan rasa banggaku itu tlah membuat diriku menjadi sombong kepada orang lain. sifatku sombongku ini menjadikan satu persatu temanku meninggalkanku sampai pada satu titik dimana aku tak mempunyai teman satupun. dan sungguh hal itu sangat menyakitkan bagiku. 
         perlahan akupun mulai menyadari bahwa aku tak pantas menjadi diriku yang keras, tegas, angkuh jika semua hal itu hanya menjadikan diri sombong dan membuat orang-orang disekitarku tak menyukaiku walaupun aku juga tak bisa memaksa orang lain untuk menyukaiku.
dan yang terlintas kemudian dipikiranku adalah berhenti untuk karate!
sebuah keputusan yang berat untukku setelah hampir 2 tahun aku melewati waktu-waktu pahit bersama dengan orang-orang hebat dan luar biasa yang mengajari aku apa itu sebuah pertarungan dan kerja keras, namun kini semua itu harus aku hakhiri
            Di SMA adalah masa diaman aku inggin melepas topengku yang egois, angkuh dan sombong. aku mulai merasakan kerinduan terhadap diriku yang dulu. walau awalnya sulit bagiku untu melakukan hal itu halangan dan rintangan masih terus merintang dari mulai hanya sekedar pandangan sinis terhadap diriku sampai  kata-kata pedas dan menusuk dari beberapa orang disekitarku. namun aku hanya menelan semua itu meski pahit,
               yang akurasakan saat itu adalah aku pernah menggalami hal yang rasanya jauh lebih parah daripada hanya sekedar ejekan ataupun makian. jikalau hal yang lebih berat saja aku atas izin Allah sanggup melewatinya apalagi hanya hal seperti ini. yang terpenting bagiku sekarang adalah begaimana aku berusaha untuk menebus semua kesalahanku di masa lalu dan mencoba untuk terus bermetamorphosis menjadi lebih baik tanpa merasa TER.
            dan Allhamdulillah segala puji bagimu ya Allah, sekarang dipenghujung masa sekolahku aku merasakan tlah bertemu l;agi dengan diriku yang selama ini aku cari. menjadi diriku yang pendiam karna hanya dalam diam aku bisa menikmati duniaku yang tenang, damai dan milyaran perasaan yang aku sendiri tak tau apa namanya.
             

Comments
1 Comments

1 komentar:

Daily Photography said...

yakinlahh Allah tidak akan melihat hamba-Nya dari kuat lemah, kaya miskin atau apapun itu, tapi iman dan amal sholeh kita yang akan membedakan kita dihadapannya...
life is go on, dulu mas jg pernah ngalamain apa yang nama;y ejekan gara2 kondisi tubuh mas...
but it's fine, dengan tubuh kurus seperti ini mas bisa kok jdi org yg kuat, bukan kuat dalam artian jago nonjokin orang, tapi kita harus kuat dengan pendirian dan keyakinan kita bahwa apa yang terjadi pd kita adalah hal terbaik yang telah digariskan Allah buat kita :)
keep your spiritt ,,, GANBATE!!

ihdizein. Powered by Blogger.