Illustrator + Writter + Visual dakwah

Total Pageviews

Saturday, November 19, 2011

TERPENJARA DALAM PENJARA SUCI


               Kelas x1 ips2.siang yang terik,untung ada kipas angin tapi tetep aja rame,panas dan gerah.Ceritanya sih lagi pas pelajaran kosong,dari pada bingung mau ngapain,mending cerita-cerita aja sama husna
        "tumben loe zennyamperin gue,ada apa?"
        "pengin cerita-erita aja hus,"
         "mang mau cerita ap?
          "cerita pengalaman loe.
dia narik nafas dan ngomong cape,mirip suster ke pasienya aku si oke aja, tapi sikapnya yang sok sabar itu bikin aku ngerasa jadi sakit, bukan sakit kanker, padahal kanker lebih keren. ini siis sakit.......JIWA!
        "oke zen gue bakal cerita, tapi cerita sedih ya,,?
        " iya kagak ape-ape, gue dengerin deh"
  aku selalu ingin menangis saat mendengar hal itutapi air mata telah berubah menjadi lara, menjadi lara yang menyergapku dalam setiap waktu, sedih rasanya kalau lihat temen2 di pondok bisa bertemu dengan ayah dan ibu mereka, rasanya pasti seneng, setelah belajar ngaji dan lama tidak bertemu akhirnya merek bisa melepas kangen satu sama lain. tapi tidak denganku hanya ayahlah yang sering mengunjungiku di pondok tanpa ibu!
tiap kali aku tanya ibu, hanya jawaban klise lah yang aku dengar "ibu lagi ngurusin adek kamu husna,"
BOSAN!!! ku dengar jawaban itu.
  sebnarnya kalau aku bisa memilih, aku lebuh memilih untuk tinggal dirumah daripada di pondok.tapi inilah pilihanku sejak umur sebelas tahun, aku sudah disini, sendiri tanpa ayah, ibu, saudara, bahkan teman. bukan mauku seperti ini tapi keadaan dirumahlah yang membuatku memilih jalan ini. sudah habis rasanya kesabaranku sudah lelah telinga ini mendengarkan pertengkaran ayah dan ibu, aku sudah ga; sanggup lagi untuk menahan ini semua, ingin rasanya aku kabur dari rumah, mencoba untuk lari dari kenyataan yang pahit ini. tapi ku urungkan niat buruk ini "msih ada cara yang lebih baik daripada kabur" jawab sesuatu dari hatiku. hingga suatu hari kuambil keputusan itu, aku memutuskan untuk memondok di luar, di sebuah pondok pesantern ternama di jakarta, aku pikir disana aku akan mendapatkan keluarga baru, sahabat baru, dan semua yang tidak ku dapatkan selama aku dirumah.
  ternyata itu hanay hayalan semata, iya... hampir selama satu tahun, ku merasakan yang namanya kesendirian, disaat ku membutuhkan sosialisasi, temen curhat, temen deket, sahabat, tapi itu semua ga' aku dapetin, malah sebaliknya" bener-bener sendiri, saudara ga' ada, padahal yang lain ada sodara kandung, teman dan tetangga mereka yang juga mondok disitu. aku ga' punya temen selama satu tahun, makan sendiri, tidur sendiri, nyuci sendiri, kemana-kemana sendiri " bukan hanya itu! aku sering ga' sarapan gara gara aku harus memilih mandi atau makan, kalau ga' makan, ga' mandi, kalau mandi ya ga' makan, dah jadi tradisi kalau di pondok.
  tapi alhamdulillah di tahun kedua, aku udah mulai dapetin temen, hal yanh selama ini ku harapkan kehadiran mereka. untuk meninggalakan duniku yang hening, tempatku melabuhkan segala gundah, seribu kali aku mencoba terbang, seribu kali pula aku berputar-putar di dalamnya, bak seekor burung camar yang sia sia mencari serangnya, dalam pekat malam dan gelombang membadai.
  ajaibnya, teman2ku selalu berhasil masuk dalam taman heningku, teman dengan cintanya, ketulusanya dan keikhlansanya yang tak tepermanai, temanku menyeruak , membongkar dan mencairkan segala kebekuan di dalamnya.kemudian ia akan menagakat gulananku dengan pemcerahan mereka.
dalamsekejap taman heningku memjadihangat bertabur cahaya gemitang yang memancar dari keseluruhan sosokmereeka.
     namun ada juga sat-saat diman akku merasa nelangsa seklai menagis tersudu dalamdiam yang suwung.
terutama jika aku harus mengigat orang tuaku,ketiak ibu datang untuk pertamakalinya setelahlama kamitidakbertemu.
   'kenapa nyuruh ibu kesini?
ibu males kesini,jauh -jauh cuma buat kesini!
ketika cuma bisa bertemu denaghn orang tua hanya pada orangtua.
tapi itu pun cuma hanya beberapa jam.dan tiba wktunya ku bertemu denga orang tua,ternyata hanya jawaban pahitlahyabg ku dengar.
        huh....Sabar,sabar dan sabar yang bisa ku lakukan,semua kisah kan berujung indah,begitu juga kisah ku ini yakinku indah.
       tet...tet.,bunyi bel itu memutus pembicaraan ku dengan husna,
Comments
0 Comments

0 komentar:

ihdizein. Powered by Blogger.