Illustrator + Writter + Visual dakwah

Total Pageviews

Sunday, September 23, 2012

Dibalik Sebuah keihklasan



     Ihklas, satu kata yang mudah diucapkan tapi untuk melaksanakanya enggak semudah kaya ngambil upil di hidung. Gimana enggak? dalam pengertian ihklas sendiri kita dianjurkan untuk melakukan segala sesuatu bukan karena ingin mendapatkan balasan dari orang lain, melainkan semata-mata hanya untuk mencari ridho Allah SWT. Itu sulit dan rasanya berat banget. Terutama buat ABG kaya gue, jujur sebagai manusia biasa gue juga kepengin buat dipuji, disanjung ataupun di hargai sama orang lain enggak tau kenapa tiap kali gue lakukan sesuatu yang hasilnya memuaskan terus dapet pujian itu rasanya kaya ada suatu dorongan buat gue untuk melakukan sesuatu yang lebih baik lagi. Dari perasaan itulah gue mulai ketagihan untuk melakukan sesuatu buat dapetin pujian dari orang lain, bahkan saat gue nulis ini dalam hati gue kaya ada yang  mbisikin kaya gini " dengan tulisan ini pasti dapet  pujian, sanjungan atau kekaguman dari orang lain". Itulah yang gue rasakan dan entah dari mana asal suara itu berasal.
       Mungkin bukan hanya gue, tapi kamu yang baca juga merasakan hal yang sama dengan apa yang gue alami. Seolah tiap kali kita berbuat kebaikan selalu ada bisikan-bisikan untuk kita melakukan itu sebagai sarana untuk mendapatkan uplause dari orang lain dan bukan untuk mencari ridho Allah SWT, itulah yang mengakibatkan apa yang kita kerjakan jadi percuma karena  tanpa dilakukan dengan keihklasan.

       Ngomong-ngomong soal ihklas atau enggak, gue pengin intropeksi dengan segala apa yang gue lakukan itu udah ihklas atau belum. Tapi kayanya belum, contoh kecil aja saat gue buat status di facebook, apa yang gue pengin? LIKE!, ya gue kepeingin status gue di like sama temen-temen facebook. Bukan hanya status. Masih banyak lagi, malah kayanya segala sesuatu yang gue lakukan di facebook baik update status, komment, upload foto atau bikin tautan gue rasa gue masih belum ihklas.
itu mungkin masih biasa karena cuma berhubungan dengan sesama, Nah yang ini mungkin bakal enggak biasa karena berhubungan dengan Allah SWT, tepatnya dalam hal ibadah. Ada suatu kalimat yang diucapin sama anak pramuka waktu sollat magrib. Seperti biasa anak-anak pamuka dateng ke mushola untuk sollat, pas lagi ngambil air wudhu enggak tau kenapa salah satu dari anak pramuka itu bilang gini " elo sollat karena Allah atau biar diangep alim sama cw-cw?" kalimat itu menusuk banget buat gue.
      Bukan karena apa, tapi kalimat itu mengena banget buat gue. di sekolah ada cw yang gue suka, dia cantik, pinter, care,  no profile dan yang paling gue suka darinya itu karena dia solehah. Tiap kali gue jajan pas istirahat gue sering liat dia sollat duha di mushola saat teman-teman yang lain jajan dikantin. Sejak itu gue ngrasa malu dan pintu hati gue kaya terketuk untuk lebih mendalami Agama lagi dan gue kaya jatuh cinta sama dia, gue mulai berpikir untuk cari perhatian dari dia dengan berusaha untuk rajin lima waktu, belajar ngaji, sollat tahajud, sollat dhuha, sedekah, rajin dengerin kajian dan bahkan nekat masuk dalam organisasi kerohanian islam di sekolah atau rohis.( maaf tidak bermaksud riya).
         Akupun mulai bermetamophosis, kalo diibaratin kaya kupu-kupu itu dari ulat yang menjijihkan menjadi kupu-kupu yang indah. Guepun perlahan-lahan jadi sosok yang religi dan gue mulai deket sama dia. Tapi yang jadi pertanyaan gue kemudian adalah gue ibadah itu buat apa? apa ini karena buat cw?
entahlah gue pusing mikirin jawabanya. Sampai saat ini gue masih bingung apakah gue ihklas atau belum tapi yang pasti asalkan apa yang gue lakukan itu baik InsyaAllah gue ihklas. Allah lah yang maha mengetahui apakah gue ihklas atau belum, ku kembalikan semua apa yang aku lakukan kepadamu ya Rab.

Nabi SAW : siapa orang yang ihklas menurumu?
Jin               : siapa saja yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ihklas. Jika kau lihat seorang
                     yang tidak suka dinar dan dirham, tidak suka sanjungan aku bisa pastikan ia orang ihklas.
                     Selama seorang hamba masih menyukai harta, sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan
                     kesenangan dunia, boleh jadi ia nantinya sangat patuh padaku.

Comments
1 Comments

1 komentar:

ihdizein said...

di coba gan, makasih infonya.

ihdizein. Powered by Blogger.